Pengamat ekonomi, Encep Haerudin, mengatakan, Kabupaten Lebak di Provinsi Banten sangat ideal dijadikan alternatif sebagai ibukota Indonesia karena lahan di kabupaten itu begitu luas juga kondisi lingkungan masih asri dan alami.
“Kami setuju Ibukota Indonesia pindah ke Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, karena mudah beradaptasi sebagai daerah penyangga DKI Jakarta,” kata Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) La Tansa Mashiro Rangkasbitung, Rabu.
Nama Lebak terkenal berkat naskah drama Saidjah dan Adinda gubahan Edward Eugene Douwes Dekker, yang penganjur politik balas budi pada masa kolonialisasi Belanda. Lebak dilukiskan dia sebagai kantong kemiskinan absolut yang berujung pada penyeimbangan sosial dan etika kekuasaan oleh penguasa setempat.
Menurut Haerudin, pemindahan ibukota negara harus segera dilakukan tiga sampai empat tahun ke depan karena saat ini Jakarta sudah padat populasi manusia maupun kendaraan.
Bahkan, antrian kendaraan setiap hari sulit bergerak, terutama kemacetan di perempatan maupun persimpangan jalan. Selain itu Jakarta setiap tahun menjadikan daerah “langganan” banjir akibat luapan beberapa sungai dari kawasan Bogor.
Dengan demikian, pemerintah secepatnya untuk mengkaji pemindahan Ibukota Negara dan bukan dijadikan hanya wacana saja ketika Kantor Presiden, Istana Merdeka, dan Istana Negara dilanda banjir.
Sebab pemindahan Ibukota Negara dibeberapa negara juga pernah terjadi, seperti di Amerika Serikat.
“Kami sangat setuju Ibukota Negara berada di Kecamatan Maja, dibandingkan dengan Pulau Luar Jawa,” katanya.
Jarak tempuh Kecamatan Maja dan Jakarta kurang lebih 60 kilometer jika ditempuh kendaraan roda empat hanya satu jam. Begitu pula bisa ditempuh melalui jalur Tol Balaraja dan Serpong.
0 comments:
Post a Comment